Rahasiagadis.com - Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) adalah kondisi yang mempengaruhi sejumlah individu yang mengalami menstruasi. Sering kali disalahartikan dengan sindrom pra-menstruasi (PMS), PMDD ditandai dengan gejala emosional dan fisik yang lebih parah dan dapat signifikan memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Supaya kamu nggak memiliki kesalahpahaman tentang PMDD, ayo cari tahu lebih lanjut.
Baca juga: Perbedaan antara Kram Menstruasi yang Normal dan yang Perlu Diwaspadai, Cewek Wajib Paham!
- Perbedaan PMDD dan PMS
PMS dan PMDD memang memiliki beberapa kesamaan. Kedua kondisi ini biasanya muncul sekitar seminggu sebelum menstruasi dan umumnya mereda setelah menstruasi berakhir.
Baik PMS maupun PMDD bisa menyebabkan gejala fisik dan emosional seperti kembung, kram, nyeri payudara, kelelahan, dan perubahan tidur.
Namun, penting untuk diingat bahwa PMDD tidak sama dengan PMS.
Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika, PMDD juga menyebabkan perasaan sangat sedih, cemas, perubahan mood ekstrem, atau perasaan mudah tersinggung yang berlebihan.
Baca juga: Benarkan Ukuran Payudara Berpengaruh pada Risiko Kanker?
- Tanda-tanda PMDD yang Tidak Boleh Diabaikan
Ada beberapa gejala umum dari PMDD, antara lain kelelahan, kembung, iritabilitas, depresi, kesedihan, dan kecemasan.
Pada beberapa orang, gejala lain dapat muncul, seperti perasaan putus asa, merasa tak berharga, kantuk berlebihan, kemarahan atau iritasi yang berkelanjutan dan tak terkontrol, ketegangan dan kecemasan.
Ada juga yang mengalami perubahan mood dan sering menangis, sulit berkonsentrasi dan tidur, perubahan nafsu makan yang signifikan, merasa kewalahan atau kehilangan kendali, minat menurun pada aktivitas normal
Baca juga: Memahami Tentang Lendir Serviks dan Perbedaannya dengan Keputihan
- Gangguan yang Mirip dengan PMDD
Mengenali PMDD bisa sulit karena gejala-gejalanya mirip dengan banyak kondisi kesehatan mental lainnya, seperti depresi, kecemasan, dan gangguan bipolar.
Gejala PMDD seharusnya sepenuhnya mereda setelah menstruasi. Jika gejala tidak hilang sepenuhnya, penyedia layanan kesehatan mungkin akan mempertimbangkan adanya kondisi kesehatan mental lain untuk diagnosis dan pengobatan.