Peristiwa ini menjadi sangat berarti karena dilakukan hanya dua minggu sebelum kelahiran putra sulung mereka, Guntur Soekarno Putro.
Walaupun sedang hamil besar, Fatmawati bersikeras menjahit bendera tersebut dengan tangan, karena dokternya melarangnya untuk menggunakan mesin jahit.
Pada waktu itu, dalam kurun dua hari, bendera Merah Putih selesai dijahit dan langsung dikibarkan di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 (sekarang Jalan Proklamasi). Kemudian, pada tahun 1945, ketika Jepang menyerah kepada Sekutu, momentum untuk kemerdekaan semakin mendekat.
Baca Juga: Finalis Miss Universe Indonesia Alami Pelecehan Seksual, Begini Kronologinya!
Fatmawati, bersama Soekarno dan Moh Hatta, terlibat dalam rangkaian peristiwa yang mengarah pada proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Tidak hanya itu, bendera yang dijahit oleh tangan Fatmawati juga turut dikibarkan dalam upacara proklamasi kemerdekaan tersebut.
Bendera tersebut menjadi simbol dari perjuangan dan semangat kaum perempuan Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari penjajahan.
Dalam mengenang jasa-jasa Fatmawati, pada tahun 1969, Sang Saka Merah Putih, bendera pusaka yang dijahit oleh tangan Fatmawati, disimpan di Istana Merdeka karena kondisinya yang semakin rapuh.
Kemudian, pada tahun 2015, melalui Surat Keputusan Menteri, bendera tersebut dinyatakan sebagai Cagar Budaya Nasional dengan nomor registrasi RNCB.20150201.000032.
Dalam cerita perjuangan kemerdekaan Indonesia, Fatmawati merupakan sosok yang tidak boleh dilupakan.
Tindakan sederhana seperti menjahit bendera Merah Putih mencerminkan semangat perjuangan dan dedikasi yang luar biasa dalam mencapai kemerdekaan bangsa.
Ia adalah salah satu contoh nyata bahwa perjuangan kemerdekaan tidak hanya dilakukan oleh pria, tetapi juga wanita yang tak kenal lelah dalam mengabdikan diri untuk masa depan bangsa. (*)