Ia juga terlibat dalam penerbitan majalah-majalah seperti Bedug dan Terompet, yang merupakan wadah untuk menyebarkan semangat perjuangan kepada masyarakat luas.
Meskipun banyak rintangan dan ancaman yang dihadapinya, Trimurti terus berjuang melalui tulisan-tulisannya.
Ia tidak hanya berbicara tentang isu politik, tetapi juga masalah sosial, ekonomi, dan hak-hak perempuan.
Baca Juga: Kisah Tragis Sakiko Kanase, Mantan Istri Soekarno yang Hampir Terlupakan
Pada masa kemerdekaan, ia mendirikan majalah Pesat yang membahas filsafat dan mental spiritual, menggambarkan komitmen Trimurti untuk memperjuangkan nilai-nilai yang mendukung kemajuan dan keadilan sosial.
SK Trimurti juga mendukung perjuangan hak-hak perempuan. Ia melalui media Api Kartini dan Harian Rakyat mempromosikan kesetaraan gender dan mengkritik pandangan bahwa perempuan hanya sebagai pelengkap laki-laki.
Perjuangan Trimurti mengilhami pendirian Aliansi Jurnalis Independen (AJI) untuk memberikan penghargaan Trimurti Award kepada aktivis perempuan dan jurnalis yang berjuang untuk hak-hak perempuan dan kebebasan pers.
Saat usianya mencapai 96 tahun, SK Trimurti meninggalkan dunia pada 20 Mei 2008 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta.
Namun, warisan perjuangannya tetap hidup dalam semangat perjuangan kaum perempuan, jurnalis, dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Nama SK Trimurti tetap menjadi simbol perempuan pejuang yang tidak hanya berani menentang norma feodal, tetapi juga berjuang untuk menginspirasi dan membawa perubahan bagi masyarakatnya. (*)
Artikel Terkait
Menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia ke-78, Ini Lirik Lagu Indonesia Raya 3 Stanza
Kisah Tragis Sakiko Kanase, Mantan Istri Soekarno yang Hampir Terlupakan
Mengenang Jasa Fatmawati Sang Penjahit Bendera Pusaka Jelang Hari Kemerdekaan Indonesia
Kisah Cinta Soekarno dengan 9 Istrinya: Liku-liku Hubungan Asmara Sang Proklamator
Mengenal 3 Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih Pertama Kali saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia