Mengenal Fixer Mentally, Si Paling Sok Tau Cara Menyelesaikan Masalah Orang Lain

photo author
- Sabtu, 12 Agustus 2023 | 09:25 WIB
Ilustrasi fika fixer mentally (unsplash.com/@kellysikkema)
Ilustrasi fika fixer mentally (unsplash.com/@kellysikkema)

Rahasiagadis.com - "Fixer Mentally" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan individu yang percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk secara ajaib "memperbaiki" masalah mental atau emosional orang lain tanpa memiliki kualifikasi atau pemahaman yang sesuai tentang bidang tersebut.

Seseorang dnegan ini "Fixer Mentally" merasa sangat percaya diri dalam memberikan saran, solusi, atau pandangan mengenai masalah kejiwaan, meskipun sebenarnya mereka tidak memiliki latar belakang atau pengetahuan yang memadai untuk melakukannya.

Nah, istilah "Fixer Mentally" sering digunakan secara negatif untuk menggambarkan individu yang menganggap diri mereka sebagai ahli dalam bidang kesehatan mental tanpa memiliki pendidikan, pelatihan, atau pengalaman profesional yang sah.

Sikap ini dapat merugikan karena dapat mengakibatkan nasihat atau pandangan yang tidak tepat atau bahkan berpotensi membahayakan bagi individu yang mengalami masalah mental atau emosional.

Misalnya saja ketika seseorang dengan sikap "Fixer Mentally" menasehati temannya yang tampak kesepian: "Kalo menurut aku sih kamu harus banyak bergaul sama orang-orang, sering-sering keluar lah biar punya banyak temen dan nggak stress".

Padahal mungkin hidup orang tersebut hidupnya bisa lebih berkualitas dengan lingkaran pertemanan yang kecil.

Baca Juga: Mengenal Body Checking dalam Ajang Kontes Kecantikan yang Bisa Memicu Kesehatan Fisik Maupun Mental

Karakteristik "Fixer Mentally" 

1. Kurangnya pengetahuan yang tepat: Mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan atau pelatihan dalam bidang psikologi, psikiatri, atau kesehatan mental yang dapat mendukung klaim mereka.

2. Percaya diri yang berlebihan: Mereka merasa sangat percaya diri dalam memberikan nasihat dan solusi terhadap masalah kejiwaan orang lain, tanpa merasa perlu untuk mencari informasi atau pemahaman yang lebih mendalam.

3. Minim empati: Mereka cenderung kurang peka terhadap perasaan dan pengalaman individu lain, karena mereka tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang kompleksitas masalah kejiwaan.

4. Kurangnya kesadaran diri: Mereka mungkin tidak menyadari atau tidak mau mengakui bahwa mereka sebenarnya tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk memberikan nasihat atau pandangan tentang masalah mental.

Baca Juga: Kenali Dunning Kruger Effect: Orang yang Merasa Dirinya Lebih Pintar

5. Mengesampingkan profesionalisme: Mereka cenderung meremehkan peran para profesional kesehatan mental seperti psikolog, psikiater, atau konselor, dengan menganggap bahwa mereka memiliki keahlian yang lebih baik tanpa bukti yang cukup.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Clara Ristiani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Pentingnya Menerapkan Work-Life Balance

Rabu, 12 Juni 2024 | 15:17 WIB

6 Tanda Kamu Butuh Ketenangan dan Waktu Menyendiri

Selasa, 11 Juni 2024 | 15:49 WIB

Cara Mudah untuk Meng-upgrade Pemikiran Kamu

Jumat, 7 Juni 2024 | 16:47 WIB
X