mental-health

Mengenal Toxic Femininity: Ekspektasi yang Merugikan Perempuan

Minggu, 8 Oktober 2023 | 18:53 WIB
Ilustrasi foto toxic femininity (unsplash.com/@kevinmccutcheon)

Rahasiagadis.com - Toxic femininity adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan norma-norma sosial dan ekspektasi yang diimpingkan pada perempuan yang, ironisnya, merugikan mereka.

 

Istilah toxic femininity ini mencerminkan ekspektasi sosial yang memaksa perempuan untuk mematuhi sejumlah norma tertentu yang merugikan mereka secara psikologis, emosional, dan sosial.

Toxic femininity berlawanan dengan konsep feminisme yang mendorong kesetaraan gender dan penghapusan batasan gender yang merugikan.

Ciri-ciri toxic femininity

- Keterbatasan dalam ekspresi emosi: Perempuan mungkin ditekan untuk menahan emosi negatif seperti kemarahan atau frustrasi karena dianggap "tidak sesuai" dengan citra perempuan yang lembut dan ramah.

Baca Juga: Dampak dari Toxic Femininity yang Menghalangi Perempuan untuk Maju

- Ketidakseimbangan dalam hubungan: Toxic femininity dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam hubungan romantis, dengan perempuan diharapkan untuk "mengalah" atau menanggung beban yang lebih besar dalam hubungan tersebut.

- Pemberat dalam karier: Ekspektasi tentang peran tradisional perempuan sebagai pengurus rumah tangga dan ibu dapat merugikan aspirasi karier perempuan, dan sering kali menempatkan mereka dalam situasi finansial yang rentan.

- Pengabaian terhadap kesejahteraan mental: Norma-norma toxic femininity dapat memicu stres, kecemasan, dan depresi karena perempuan merasa perlu memenuhi ekspektasi sosial yang tidak realistis.

- Pengabaian terhadap kemampuan dan potensi: Perempuan seringkali dianggap tidak mampu dalam bidang-bidang tertentu atau dipandang lebih rendah daripada laki-laki, yang dapat menghambat perkembangan potensi mereka.

Baca Juga: Kenali Sunk Cost Fallacy, Salah Satu Penyebab Susah Keluar dari Toxic Relationship

Penyebab toxic femininity

- Warisan budaya dan tradisi: Budaya dan tradisi masyarakat memiliki peran besar dalam pembentukan norma-norma toksik seputar femininitas. Banyak masyarakat telah mewariskan pandangan tradisional tentang peran gender yang menghargai dan mengharapkan perempuan untuk menjadi "lebih lemah," penuh kasih, dan patuh terhadap norma-norma sosial yang kuno.

Halaman:

Tags

Terkini

Pentingnya Menerapkan Work-Life Balance

Rabu, 12 Juni 2024 | 15:17 WIB

6 Tanda Kamu Butuh Ketenangan dan Waktu Menyendiri

Selasa, 11 Juni 2024 | 15:49 WIB

Cara Mudah untuk Meng-upgrade Pemikiran Kamu

Jumat, 7 Juni 2024 | 16:47 WIB