Rahasiagadis.com - Victim blaming atau perilaku menyudutkan korban adalah sikap atau tindakan yang menyalahkan korban atas tindakan atau kejadian yang menimpanya.
Sebagai contoh, jika seseorang menjadi korban kekerasan seksual atau kejahatan, perilaku victim blaming mencakup mengkritik cara berpakaian korban, menganggap mereka bertanggung jawab atas kejadian tersebut, atau meragukan kebenaran cerita mereka.
Hal ini dapat menyebabkan korban merasa malu, bersalah, atau tidak mendapatkan dukungan yang pantas.
Berikut ini ada beberapa cara untuk mencegah perilaku victim blaming dan menciptakan lingkungan yang lebih empati dan mendukung bagi korban.
1. Tingkatkan kesadaran diri dan kesadaran sosial
Langkah pertama dalam mencegah perilaku victim blaming adalah dengan meningkatkan kesadaran diri dan kesadaran sosial.
Sadari bahwa mungkin terdapat kecenderungan untuk menyalahkan korban, tetapi kita harus mengenali bahwa tindakan atau kejadian tersebut adalah kesalahan pelaku, bukan korban.
Pahami bahwa korban tidak pantas disalahkan atas tindakan kejahatan yang menimpa mereka, dan setiap orang berhak mendapatkan dukungan dan empati dalam situasi tersebut.
Baca Juga: Mengenal Zeigarnik Effect, Otak yang Mengingat Pekerjaan Belum Usai
2. Hindari asumsi dan stereotip
Seringkali, victim blaming didasarkan pada asumsi atau stereotip yang tidak beralasan.
Hindari mengasumsikan bagaimana korban seharusnya bertindak atau berpakaian, karena hal ini hanya menguatkan stigma dan menyudutkan mereka.
Ingatlah bahwa setiap situasi dan kejahatan adalah unik, dan menyalahkan korban berdasarkan prasangka atau stereotip tidak adil dan tidak membantu.
3. Dukung korban dengan empati