5. Menghindari tanggung jawab: Orang yang menyabotase diri cenderung menghindari tanggung jawab atas tindakan mereka atau keputusan yang mereka buat.
Mereka mungkin mencari alasan atau menyalahkan faktor eksternal untuk kegagalan mereka.
6. Mengulang pola negatif: Perilaku menyabotase diri sering mengikuti pola yang berulang.
Seseorang mungkin merasa bersemangat dan termotivasi untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi kemudian secara tidak sadar melakukan tindakan yang menghambat usaha mereka.
7. Perfeksionisme yang berlebihan: Perfeksionisme yang berlebihan dapat menjadi bentuk penyabotan diri.
Orang tersebut mungkin terlalu fokus pada mencapai hasil yang sempurna dan terlalu takut gagal sehingga tidak pernah memulai tugas atau proyek.
Baca Juga: Oniomania Disorder: Kebiasaan Belanja Ternyata Bisa Berubah Jadi Gangguan Mental?
8. Penghindaran konflik: Menghindari konflik atau mengatakan "ya" terhadap permintaan orang lain bahkan ketika itu tidak sesuai dengan keinginan mereka sendiri adalah tanda penyabotan diri. Ini dapat mengakibatkan kelelahan dan ketidakpuasan pribadi.
Nah, untuk mengatasi perilaku menyabotase diri bisa menjadi proses yang menantang, tetapi itu mungkin.
Langkah pertama adalah menyadari tanda-tanda penyabotan diri dalam diri.
Kemudian, kalian dapat mencari dukungan dari profesional kesehatan mental atau terapis untuk membantu kalian mengatasi masalah ini.
Terapi kognitif perilaku (CBT) sering digunakan untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang menyebabkan penyabotan diri.
Dengan kerja keras dan kesadaran diri, seseorang dapat mengatasi perilaku ini. (*)
Artikel Terkait
Yuk, Kenalan dengan Interdependence! Cara Pacaran Sehat yang Utamakan Kesehatan Mental
Manfaat Bangun Pagi Buat Kamu Si Paling Morning Person, Bagus Buat Mental?
7 Drama Korea yang Angkat Isu Kesehatan Mental, Menyingkap Kondisi yang Tak Selalu Terlihat
Mengatasi Body Dysmorphic Disorder, Gangguan Mental Soal Pandangan Negatif pada Penampilan Fisik
Sering Dianggap Sama, Inilah Perbedaan Psikolog dan Psikiater dalam Menangani Gangguan Mental