Rahasiagadis.com - Di era media sosial seperti saat ini, influencer telah menjadi salah satu kekuatan yang berpengaruh dalam dunia pemasaran.
Influencer sering kali digunakan oleh brand untuk mempromosikan produk atau jasa mereka kepada audiens yang luas.
Namun, tren de-influencing mulai muncul di berbagai platform media sosial.
Tren ini ditandai dengan kemunculan konten-konten yang justru mengajak publik untuk tidak membeli produk tertentu.
Hal ini dilakukan sebagai upaya memerangi konsumerisme dan mendorong konsumen untuk lebih kritis dalam mengonsumsi konten media sosial.
Tren de-influencing memiliki beberapa tujuan, antara lain:
Baca Juga: 7 Cara Mencegah Menjadi Sosok Poser di Media Sosial
1. Melawan konsumerisme
De-influencing bertujuan untuk melawan budaya konsumerisme yang semakin meningkat di masyarakat.
Konsumerisme adalah gaya hidup yang berorientasi pada konsumsi barang dan jasa yang berlebihan.
2. Meningkatkan kesadaran konsumen
De-influencing bertujuan untuk meningkatkan kesadaran konsumen tentang pentingnya berpikir kritis sebelum membeli produk.
Konsumen perlu memahami manfaat dan kekurangan suatu produk sebelum memutuskan untuk membelinya.
Baca Juga: Takut Nggak Dianggap Gaul, Inilah Dampak Negatif Sosok Poser
Artikel Terkait
Catfishing: Mengenal Fenomena Penipuan Identitas Online
Mengenal Emotional Contagion: Penularan Emosi Secara Tidak Sadar
Mengenal ‘Sufferiority’, Bersikap Sempurna padahal Sebenarnya Rapuh dan Insecure
Mengenal Online Defamation, Cara Bijak dalam Menghadapi Informasi Palsu di Medsos
Mengenal Slow Living yang Sering Dianggap Sebagai Gaya Hidup Males-malesan