4. Perubahan mood dan emosi: Korban pemerkosaan sering mengalami fluktuasi emosi yang intens. Mereka dapat merasa bingung, marah, bersalah, malu, atau bahkan mati rasa.
5. Perubahan pola makan: Beberapa korban pemerkosaan mengalami perubahan pola makan, seperti kehilangan nafsu makan atau mengalami gangguan makan.
6. Perubahan dalam respons seksual: Beberapa korban mungkin mengalami perubahan dalam respons seksual, seperti penurunan hasrat seksual atau disfungsi seksual.
Baca Juga: Cara Mengatasi Sindrom Peter Pan, Takut Menjadi Dewasa
Fase reorganisasi:
1. Flashback dan reaksi yang mendalam: Penderita RTS mungkin mengalami flashback, yaitu pengalaman kembali peristiwa traumatik secara intens.
Mereka juga dapat merasa gelisah atau cemas secara tiba-tiba ketika terkena pemicu yang mengingatkan mereka pada insiden pemerkosaan.
2. Gangguan kecemasan dan depresi: Korban pemerkosaan dapat mengalami gangguan kecemasan, seperti gangguan panik, fobia, atau gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Depresi juga dapat muncul sebagai tanggapan terhadap trauma yang dialami.
3. Perubahan dalam pola hubungan: Penderita RTS dapat mengalami perubahan dalam pola hubungan dengan orang lain.
Mereka mungkin menghindari interaksi sosial atau merasa kesulitan dalam membentuk hubungan yang dekat.
4. Perasaan bersalah atau malu: Korban pemerkosaan seringkali merasa bersalah atau malu atas apa yang terjadi pada mereka, meskipun insiden tersebut bukanlah kesalahan mereka.
5. Gangguan konsentrasi dan ketidakmampuan mengatasi stres: RTS dapat menyebabkan gangguan konsentrasi dan kesulitan dalam mengatasi stres sehari-hari.
Baca Juga: Mengenal Sindrom Cotard, Gangguan Mental yang Menganggap Dirinya Sudah Meninggal
Penting untuk diingat bahwa setiap korban pemerkosaan memiliki pengalaman dan tanggapan yang berbeda-beda terhadap trauma.