Rahasiagadis.com - Dalam dunia hubungan, terdapat konsep-konsep seperti "mothering" dan "fathering" yang merujuk pada pola perilaku dan peran tertentu dalam menjalani hubungan.
Mothering dan fathering umumnya diasosiasikan dengan peran orang tua dalam pengasuhan anak, tetapi dalam konteks hubungan romantis, penggunaan istilah ini dapat mengandung potensi toksis.
Mari kita eksplorasi lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan mothering dan fathering dalam hubungan dan apakah ada risiko potensial toksik yang terkait.
Mothering
Digunakan ketika salah satu pasangan, biasanya perempuan, mengambil peran yang terlalu protektif, mengontrol, dan mengatur terhadap pasangannya.
Ini seperti figur ibu yang mengurus anak kecil, meski pasangannya sebenarnya dewasa.
Mothering yang berlebihan bisa membuat pasangan merasa kurang mandiri atau dianggap tidak mampu membuat keputusan sendiri.
Hal ini juga dapat menciptakan rasa frustasi dan kelelahan, karena salah satu pasangan mungkin merasa terkekang oleh perhatian yang berlebihan.
Baca Juga: Alasan Mengapa Korban Toxic Relationship Tetap Bertahan
Fathering
Digunakan ketika salah satu pasangan, biasanya laki-laki, mengambil peran yang dominan, paternalistik, dan mengambil keputusan untuk keduanya.
Ini seperti figur ayah yang mengatur dan mengarahkan keluarga tanpa mempertimbangkan pendapat pasangannya.
Fathering yang berlebihan dapat menciptakan lingkungan yang kurang inklusif dan membatasi ekspresi dan kemandirian pasangan lainnya.
Pada tingkat yang lebih ekstrim, fathering dapat menjadi bentuk kekuasaan dan kontrol yang merugikan dalam hubungan.
Artikel Terkait
Waspada Toxic Parenting! Inilah Cara Menghadapi Orangtua dengan Kepribadian Narsistik
5 Cara Mengatasi Toxic Positivity supaya Nggak Bikin Mental Down
4 Strategi Ampuh Hindari Postingan Toxic di Media Sosial
Mengatasi Sunk Cost Fallacy dalam Hubungan Toxic: Membuka Pintu Kebahagiaan Baru
Alasan Mengapa Korban Toxic Relationship Tetap Bertahan