Mereka dapat menyerang korban dengan menyebutkan hal-hal negatif tentang korban atau bahkan mencari-cari kesalahan korban untuk mengalihkan perhatian dari tindakan mereka sendiri.
Tujuannya adalah untuk melemahkan kredibilitas korban sehingga perhatian orang lain akan teralihkan dari perilaku buruk pelaku.
Contoh:
Pelaku: "Kamu selalu membuat masalah. Kamu tidak pernah bisa bersikap dewasa dalam situasi seperti ini."
Baca Juga: Fakta Racial Gaslighting: Manipulasi Terburuk Atas Dasar Rasisme
3. Reverse Victim and Offender (Memutarbalikkan Peran Korban dan Pelaku)
Langkah terakhir dalam taktik DARVO adalah memutarbalikkan peran korban dan pelaku.
Pelaku mencoba untuk merubah diri mereka sendiri menjadi korban dan menggambarkan korban sebagai pelaku atau pencetus masalah.
Tujuannya adalah membuat korban merasa bersalah dan membebani korban dengan tanggung jawab yang seharusnya tidak menjadi miliknya.
Contoh:
Pelaku: "Aku merasa sangat diserang olehmu. Kamu membuatku merasa tidak nyaman dan tertekan."
Mengenali taktik DARVO dalam hubungan adalah langkah penting untuk melindungi diri dari manipulasi dan pengabaian.
Pertimbangkan dengan cermat perilaku dan komunikasi dalam hubungan kalian, ya para Gadis.
Jangan ragu untuk mencari bantuan jika kalian merasa dirugikan oleh pola taktik DARVO.
Hubungan yang sehat dan saling menghormati tidak seharusnya melibatkan manipulasi atau pengalihan tanggung jawab yang merugikan. (*)
Artikel Terkait
Fakta Racial Gaslighting: Manipulasi Terburuk Atas Dasar Rasisme
Waspadai 'Breadcrumbing' dalam Hubungan, Taktik Manipulasi yang Bikin Sakit Hati
Kenali Breadcrumbing Relationship, Taktik Memberi Perhatian Palsu Hanya untuk Mendapat Keuntungan
Kenali Ciri-ciri Emotional Blackmail, Tindakan Manipulasi Emosi yang Paling Merugikan