Mitos tentang Burnout yang Sering Dipercaya Padahal Salah

Istilah burnout makin sering digunakan, tapi tidak semua orang benar-benar memahami kondisi ini. Beberapa orang justru membaca dan mempercayai hal-hal yang keliru tentang burnout.

Karena kesalahpahaman itulah, orang melakukan tindakan yang kurang tepat untuk mengatasi burnout. Agar kamu tidak mengalami kondisi serupa, pahami beberapa mitos tentang penyebab burnout berikut ini. 

Baca Juga: 5 Bahasa Tubuh yang Dapat Membuatmu Gagal Saat Wawancara Kerja

1. Hanya orang dengan kondisi mental lemah yang mengalami burnout

Kamu mungkin pernah mendengar orang mengatakan bahwa burnout hanya terjadi pada orang yang bermental lemah. Faktanya tidak demikian.

Burnout bisa terjadi pada siapa saja. Jika tidak menjaga dan merawat dirimu, kamu juga bisa mengalaminya. 

Mengutip dari Your Tango, 60% orang yang mengambil cuti kerja untuk mengatasi burnout dianggap lemah dan dipandang buruk. Persepsi inilah yang harus segera diubah. 

Baca Juga: 4 Contoh Diskriminasi Gender di Dunia Kerja

2. Melakukan sesuatu sesuai passion bisa membuatmu terhindar dari burnout

Ada yang mengira bahwa orang yang bekerja sesuai dengan passion akan terhindar dari burnout. Itu artinya pengusaha yang hidup dengan passion mereka tidak akan pernah mengalami burnout. Apakah benar? Tidak.

Siapa pun itu bisa stres dan tertekan jika harus bekerja lebih dari 60 jam dalam seminggu, jarang bertemu keluarga mereka, tidak memiliki waktu untuk bersenang-senang dengan teman, dan melupakan kesehatan mereka. 

Jadi, kunci agar terhindari dari burnout kemampuanmu untuk menjaga keseimbangan. Kamu tahu kapan harus bekerja, berolahraga, beristirahat, dan bersama dengan keluarga. 

Baca Juga: Ubah Profil LinkedIn Kamu dengan 4 Cara Ini Agar Cepat Dapat Kerja

3. Hanya wanita yang mengalami burnout