4. Kontrol reproduksi dan double standard (Standar Ganda)
Slut-shaming juga bisa muncul dalam konteks kontrol reproduksi.
Seorang wanita mungkin dihakimi atau dilecehkan karena menggunakan atau tidak menggunakan kontrasepsi, atau karena keputusan terkait aborsi.
Double standard juga merupakan contoh slut-shaming, di mana perilaku yang sama dinilai berbeda tergantung pada jenis kelaminnya.
Baca Juga: Suka Menimbun Barang? Kenali Tanda-tanda Gangguan Mental Hoarding Disorder
5. Cyber Slut-Shaming
Dalam era digital, cyber slut-shaming menjadi masalah yang semakin menonjol.
Seseorang dapat menjadi korban pelecehan sosial dan intimidasi secara online karena gambar, video, atau percakapan yang dianggap "menyimpang" atau "tidak pantas" oleh orang lain.
Mengubah Pandangan dan Menghadapi Slut-Shaming
Penting untuk mengubah cara pandang terhadap slut-shaming dan berbicara terbuka tentang isu ini.
Edukasi tentang pentingnya menghormati hak asasi manusia dan menghargai pilihan hidup individu dapat membantu mengurangi tindakan slut-shaming.
Selain itu, penting bagi setiap orang untuk berbicara terbuka dan mendukung korban slut-shaming, memberikan dukungan moral dan bantuan yang diperlukan.
Jika kalian pernah mengalami slut-shaming, ingatlah bahwa itu bukan murni kesalahan kalian.
Cari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional, dan ingatkan diri bahwa kalian berhak mendapatkan penghargaan dan rasa hormat, tidak peduli apa pun latar belakang atau bagaimana kalian berpakaian. (*)
Baca Juga: Pentingnya Decluttering Baju untuk Kesehatan Mental, Lebih dari Sekedar Bersih-Bersih!
Artikel Terkait
Mengenal Sindrom Cotard, Gangguan Mental yang Menganggap Dirinya Sudah Meninggal
Pentingnya Decluttering Baju untuk Kesehatan Mental, Lebih dari Sekedar Bersih-Bersih!
Mengenal PTSD, Gejala Masalah Kesehatan Mental yang Tidak Disadari Penderitanya
Suka Menimbun Barang? Kenali Tanda-tanda Gangguan Mental Hoarding Disorder
Cara Mengatasi Mental Block untuk Meningkatkan Produktivitas