Penyebab Stockholm Syndrome , Ketika Korban Kekerasan Malah Bersimpati pada Pelaku

photo author
- Rabu, 30 Agustus 2023 | 09:47 WIB
Ilustrasi foto penderita Stockholm Syndrome (worksbysage.com)
Ilustrasi foto penderita Stockholm Syndrome (worksbysage.com)

Rahasiagadis.com - Stockholm Syndrome adalah fenomena psikologis yang penuh kontroversi yang muncul ketika korban kekerasan atau penyanderaan mulai mengembangkan perasaan positif atau simpati terhadap pelaku.

Meskipun jarang terjadi, Stockholm Syndrome pada korban kekerasan ini telah menarik perhatian banyak peneliti dan psikolog dalam upaya untuk memahami akar penyebabnya.

Nah, berikut ini ada beberapa kemungkinan penyebab dari Stockholm Syndrome pada korban kekerasan.

Baca Juga: Cara Menghadapi Korban Pelecehan Seksual yang Melakukan Strategi Koping untuk Atasi Trauma

1. Melekatnya perhatian: Salah satu faktor utama dalam Sindrom Stockholm adalah melekatnya perhatian korban pada pelaku.

Ketika seseorang berada dalam situasi penyanderaan atau kekerasan, pelaku sering kali menjadi satu-satunya sumber interaksi dan komunikasi.

Ketergantungan pada pelaku dalam situasi ini dapat mengarah pada pembentukan ikatan emosional yang aneh.

2. Mekanisme Koping: Korban yang berada dalam situasi yang mengancam dan meresahkan seringkali mencari cara untuk bertahan dan mengatasi tekanan psikologis yang ada.

Salah satu mekanisme koping yang mungkin terjadi adalah mengembangkan perasaan positif terhadap pelaku sebagai cara untuk mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan peluang bertahan.

Baca Juga: Kenali Strategi Koping Korban Pelecehan Seksual dalam Keluarga, Beri Dukungan yang Tepat!

3. Pengharapan kebaikan: Saat korban merasa terisolasi dan tidak memiliki kontrol atas situasi, mereka mungkin mulai mencari tanda-tanda kebaikan atau pemberian dari pelaku.

Bahkan tindakan kecil dari pelaku, seperti memberi makan atau merawat, dapat menghasilkan perasaan positif yang kontradiktif.

4. Pelarian sikologis: Dalam situasi ekstrim, otak korban dapat mengadopsi mekanisme perlindungan psikologis yang disebut pelarian.

Ini dapat menghasilkan peningkatan kadar hormon stres dan perubahan persepsi terhadap pelaku.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Clara Ristiani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Pentingnya Menerapkan Work-Life Balance

Rabu, 12 Juni 2024 | 15:17 WIB

6 Tanda Kamu Butuh Ketenangan dan Waktu Menyendiri

Selasa, 11 Juni 2024 | 15:49 WIB

Cara Mudah untuk Meng-upgrade Pemikiran Kamu

Jumat, 7 Juni 2024 | 16:47 WIB
X