Hal ini terjadi dalam upaya untuk meminimalkan ketidaknyamanan dan rasa takut.
Baca Juga: Mengenal Rape Trauma Syndrome dan Gejala yang Dialami Korban Rudapaksa
5. Upaya rasa kontrol: Korban mungkin merasa bahwa mereka memiliki sedikit atau tidak ada kontrol atas situasi yang dihadapinya.
Dengan mengembangkan perasaan simpati terhadap pelaku, mereka mungkin merasa memiliki sedikit kontrol dalam situasi tersebut.
Ini dapat memberikan rasa kenyamanan palsu meskipun berdasarkan dinamika yang tidak sehat.
6. Manipulasi psikologis pelaku: Dalam beberapa kasus, pelaku dapat menggunakan manipulasi psikologis untuk mengendalikan korban.
Ini bisa berupa mengancam atau memberikan penghargaan tergantung pada perilaku korban, sehingga menghasilkan perasaan campur aduk dari takut, ketergantungan, dan perasaan positif.
Penting untuk diingat bahwa Stockholm Syndrome adalah fenomena yang kompleks dan tidak semua korban kekerasan akan mengalaminya.
Setiap situasi dan individu memiliki faktor-faktor yang unik yang dapat mempengaruhi perkembangan sindrom ini.
Memahami akar penyebabnya adalah langkah pertama dalam merancang intervensi dan pendekatan yang tepat untuk membantu korban keluar dari situasi berbahaya dan mengatasi dampak psikologisnya. (*)