Mitos Umum tentang Bunuh Diri yang Memperkeruh Situasi, Jangan Dipercaya!

photo author
- Rabu, 13 September 2023 | 16:20 WIB
Stress dan depresi (Nikko Macaspac)
Stress dan depresi (Nikko Macaspac)

Rahasiagadis.com - Tahukah kamu bahwa setiap tanggal 10 September diperingati sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. Peringatan ini muncul karena tingginya kasus bunuh diri di dunia. 

Terlebih lagi, topik ini juga penuh stigma dan salah paham yang membuat masyarakat makin salah dalam melihat kasus bunuh diri. 

Penting untuk membongkar mitos-mitos yang berkeliaran agar kita dapat lebih memahami dan membantu orang-orang yang mungkin berjuang dengan pikiran tentang bunuh diri. Inilah beberapa mitos umum yang perlu kamu ketahui.

Baca juga: Mengapa Orangtua Sering Terlihat Tidak Menyukai Kita dan Bagaimana Mengatasi Hal Ini?

  1. Orang yang Membicarakan Bunuh Diri Hanya Mencari Perhatian

Salah satu mitos yang paling berbahaya adalah menganggap bahwa orang yang membicarakan bunuh diri hanya mencari perhatian. 

Sebenarnya, ketika seseorang mengungkapkan perasaan atau niat bunuh diri, itu adalah panggilan pertolongan. 

Mereka mungkin tidak tahu bagaimana mengatasi rasa sakit atau kesulitan yang mereka hadapi, dan berbicara adalah cara mereka mencari dukungan.

Baca juga: Mengenal Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia dan Bagaimana Sejarah Awalnya?

  1. Bunuh Diri Tidak Dapat Dicegah

Ini adalah mitos yang sangat merugikan. Faktanya, bunuh diri dapat dicegah dengan tindakan yang tepat. 

Dengan mendengarkan, memberikan dukungan, dan mengarahkan seseorang ke sumber daya yang tepat, kita dapat membantu mereka mengatasi krisis dan menemukan dukungan yang mereka butuhkan.

Jadi, jangan pernah menganggap wajar orang yang memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidupnya. Kamu bisa membantunya agar hal itu tidak terjadi.

Baca juga: Sulit Bahagia, Inilah Dampak Hedonic Treadmill dan Cara Mengatasinya

  1. Orang yang Membunuh Diri adalah Egois, Pengecut, atau Lemah

Menilai orang yang melakukan bunuh diri sebagai egois, pengecut, atau lemah sangat tidak pantas. 

Bunuh diri seringkali merupakan hasil dari penderitaan emosional yang mendalam dan kompleks. 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Clara Ristiani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Pentingnya Menerapkan Work-Life Balance

Rabu, 12 Juni 2024 | 15:17 WIB

6 Tanda Kamu Butuh Ketenangan dan Waktu Menyendiri

Selasa, 11 Juni 2024 | 15:49 WIB

Cara Mudah untuk Meng-upgrade Pemikiran Kamu

Jumat, 7 Juni 2024 | 16:47 WIB
X