Melalui program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) dari Kemendikbud, Eleazar belajar di Boston selama 4 bulan. Meski punya banyak pilihan karier lain, dia tetap setia menjadi pengajar.
Bukan gaji yang penting baginya. “Gaji boleh kecil, tapi hati bisa penuh kalau bertemu anak-anak, rekan kerja, dan orang tua yang peduli sama kamu sebagai pendidik. Kalau kamu memenuhi panggilan hidupmu, hidupmu terpelihara,” tutupnya.
Baca Juga: Ubah Profil LinkedIn Kamu dengan 4 Cara Ini Agar Cepat Dapat Kerja
3. Juju Sukmana
Mantan ASN ini adalah seorang ibu untuk anak dengan kebutuhan khusus. Stigma dari orang sekitar mengenai anaknya sempat menjatuhkan mental Bunda Juju.
Dia pun pindah ke Amerika dan membesarkan anaknya di sana. Hingga saat ini, buah hatinya dapat bertumbuh dengan progres baik yang signifikan.
Pada 2013, dia mendapati seorang ibu yang sudah lama tidak mengantarkan anaknya untuk mengikuti terapi karena terkendala biaya mahal.
Berangkat dari kegelisahan tersebut, Bunda Juju belajar di Yayasan Rumah Autis, Bekasi, dan kemudian secara resmi mendirikan Yayasan Biru Autis Indonesia yang berpusat di Bandung pada 2017.
Dengan bermodalkan uang sendiri, Bunda Juju merekrut anak-anak muda sebagai relawan untuk meriset data anak-anak berkebutuhan khusus. Ia juga aktif menyuarakan kondisi terkini dan kebutuhan-kebutuhan terkait anak disabilitas kepada pemerintah.
Hasilnya, wali kota Bandung mendeklarasikan Bandung sebagai kota pendidikan inklusif. Terbit juga peraturan walikota mengenai penerimaan peserta didik berkebutuhan khusus.
“Kalau anak muda mau, dan dilakukan secara masif, saya rasa permasalahan sosial termasuk permasalahan disabilitas ini bisa cepat kebantu,” tambahnya.
4. Scholastika Konsina Nino
Selama 27 tahun, Scholastika Konsina Nino atau Cony telah berprofesi sebagai seorang bidan. Dia pernah ditempatkan di sebuah pulau terpencil dan di sana seorang diri menjadi bidan untuk 7 desa.
Kala itu, Cony membidani para ibu untuk bersalin dengan fasilitas yang terbatas. Dalam satu hari, Cony dapat membantu kurang lebih 10 ibu. “Puji Tuhan, tidak ada yang meninggal di tangan saya,” jelasnya.
Saat ini, Cony berposisi sebagai sekretaris di 2H2 Center di Larantuka, Flores Timur. Sebelum ada 2H2 Center, banyak sekali ibu yang meninggal di Flores Timur.
Artikel Terkait
4 Tips Buat si Introvert Lolos Wawancara Kerja
5 Jenis Psikotes ini Muncul dalam Proses Rekrutmen Kerja, Lho
4 Contoh Diskriminasi Gender di Dunia Kerja
Ubah Profil LinkedIn Kamu dengan 4 Cara Ini Agar Cepat Dapat Kerja
Bukan Hitam Putih, Ini Warna Outfit untuk Membuat Kesan Positif Saat Wawancara Kerja