Namun, setelah 2H2 Center didirikan, dan setelah Cony bekerja di sana, tingkat kematian ibu akibat proses persalinan dapat diredam. Dia mengatur logistik, transportasi dengan kapal, dan berkomunikasi bersama pihak puskesmas serta rumah sakit untuk melancarkan proses persalinan para ibu.
Kini, di Flores Timur, sejumlah 4.000-an ibu pada setiap tahunnya dapat melalui persalinan dengan baik. 2H2 Center sendiri ditujukan untuk mengangkat harkat dan martabat para ibu.
“Saya tidak punya uang, saya tidak punya apa pun, tapi saya punya satu, saya punya semangat. Saya masih punya kepedulian,” jawab Cony ketika ditanya mengenai prinsip yang selama ini dia pegang untuk terus menguatkannya.
Baca Juga: 4 Tips untuk Kamu yang Mudah Terdistraksi Saat Belajar
5. Nissi Taruli Felicia Naibaho
Saat ini, Nissi Naibaho adalah seorang pekerja lepas. Dia menaruh perhatian yang besar dalam bidang lingkungan, inklusivitas. Nissi pun aktif terlibat dalam aktivitas filantropis, seperti kesejahteraan teman-teman disabilitas.
Bersama dua rekannya, Nissi merupakan salah satu sosok di balik Feminis Themis, sebuah komunitas feminis tuli yang menyuarakan nilai-nilai edukatif bagi masyarakat tentang diskriminasi dan kekerasan seksual yang dialami oleh teman-teman tuli.
“Faktor utamanya adalah ketiadaan akses informasi. Feminis Themis nggak hanya berfokus sama kesetaraan gender, tapi juga kekerasan seksual yang terjadi dengan teman-teman tuli. Di Hari Perempuan Nasional 2020, Feminis Themis berdiri,” ucap Nissi.
Dia mengalami banyak tantangan. “Banyak sekali masalah yang kami hadapi, sehingga saat penting kami mulai dari edukasi terlebih dahulu. Maka dari itu, banyak kami ajarkan mengenai consent contohnya, mereka mempunyai pengalaman sebagai victim, minimal mereka memahami cara menyampaikan hal tersebut dengan jelas, banyak teman-teman yang tidak menyadari bahwa mereka sebenernya victim, karena belum sadar, kami mencoba untuk mengedukasinya,” jelas Nissi.
6. Nadia Imani Witadhea
Sebagai seorang mahasiswi semester akhir di Universitas Gadjah Mada (UGM), Nadia Imani Witadhea merupakan co founder di Hope Helps Network di kampusnya.
Hope Helps Network adalah sebuah lembaga dengan visi memberantas kekerasan seksual di lingkup perguruan tinggi telah berdiri di beberapa kampus lain di Indonesia.
“Dengan adanya Hope Helps, aku merasa keresahan aku tentang isu kekerasan seksual itu diwadahi,” katanya.
Sebagai lembaga yang melakukan pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di kampus, Hope Helps mempunyai prosedur yang sistematis. Dalam hal penanganan, misalnya, Hope Helps melakukan advokasi pendampingan penyintas.
Hope Helps menyediakan wadah pelaporan melalui saluran siaga (hotline) WhatsApp dan surel. Ketika laporan diterima, Nadia dan rekan-rekannya akan menyediakan pendampingan psikologis secara maksimal bagi penyintas.
Artikel Terkait
4 Tips Buat si Introvert Lolos Wawancara Kerja
5 Jenis Psikotes ini Muncul dalam Proses Rekrutmen Kerja, Lho
4 Contoh Diskriminasi Gender di Dunia Kerja
Ubah Profil LinkedIn Kamu dengan 4 Cara Ini Agar Cepat Dapat Kerja
Bukan Hitam Putih, Ini Warna Outfit untuk Membuat Kesan Positif Saat Wawancara Kerja